Persatuan Ahli Farmasi Indonesia (PAFI) adalah Organisasi profesi yang menghimpun para tenaga yang bakti karyanya di bidang Farmasi minimal tamatan Sekolah Asisten Apoteker / Sekolah Menengah Farmasi.
Waktu dan alasan berdirinya PAFI
Persatuan Ahli Farmasi – Indonesia (PAFI) didirikan pada tanggal 13 Februari 1946 di Hotel Merdeka Yogyakarta dan sebagai anggota pendiri telah diangkat Z. Abidin untuk menjabat sebagai Ketua PAFI yang pertama. Anggota-anggota PAFI yang pada waktu Itu terdiri dari beberapa Asisten – Asisten Apoteker yang bertekad untuk berbuat sesuatu yang akan mengusahakan pengadaan obat-obat yang dibutuhkan. Selain dari pada itu diputuskan pula untuk menyelamatkan obat-obat dan mesin – mesin yang berada di Pabrik Manggarai, begitu pula persediaan raw opiumyang ada di Salemba harus segera dibawa ke daerah yang masih di kuasai oleh R.I, karena telah ada berita bahwa Belanda akan menguasai tempat-tempat tersebut. PAFI langsung membagi kelompok kerja di antara mereka untuk melaksanakan tugas ini.
Tugas Pertama
Kelompok kerja pertama Z. Abidin bersama Saudara Kasio Almarhum mendapat tugas untuk memindahkan obat-obat, bahan baku dan mesin-mesin yang berada di Manggarai ke Yogyakarta, Tawangmangu dan Ambarwinangun. yang dimuat dalam gerbong-gerbong kereta api. Pekerjaan tersebut telah dapat diselesaikan dalam 2 bulan dengan pengangkutan berangsur-angsur, agar tidak menyolok bagi petugas pemeriksaan Belanda di daerah-daerah perbatasan.
Bahan-bahan yang dapat diselamatkan itu didistribusikan ke seluruh daerah yang belum diduduki Belanda, dari Sitjoningratan. sebagai Pusat Pembagian Obat-obatan (P30). Kelompok kedua yang terdiri dan Saudara-Saudara Kadirun almarhum, dan Sugianto almarhum dan Harsono mendapat tugas untuk memindahkan persediaan bulk opium dari Salemba ke Prembun (Karanganyar) yang diawasi oleh Saudara Kadirun almarhum.
Bahan-bahan yang dapat diselamatkan itu didistribusikan ke seluruh daerah yang belum diduduki Belanda, dari Sitjoningratan. sebagai Pusat Pembagian Obat-obatan (P30). Kelompok kedua yang terdiri dan Saudara-Saudara Kadirun almarhum, dan Sugianto almarhum dan Harsono mendapat tugas untuk memindahkan persediaan bulk opium dari Salemba ke Prembun (Karanganyar) yang diawasi oleh Saudara Kadirun almarhum.
Dalam pertengahan pelaksanaan tugas ini Saudara Sugiato almarhum tertangkap dan mendapat siksaan dalam tahanan Belanda, sehingga menjadi cacat seumur hidupnya.
Masa Penjajahan Jepang
Selama pendudukan Jepang, Z. Abidin sebagai Kepala dari Apotik C.B.Z, (sekarang Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo) Prof. Oka dan Apotheker Tsukashima banyak memberikan petunjuk tentang cara-cara membuat bahan baku untuk pembikinan Calcium Chloride injection, aether adnarcose, sulfas ferrosus dan membuat obat suntik Bihydrochloras Chinine, yaitu sejenis obat suntik bagi orang yang sudah susah menelan (comateus) dari Sulfas Chinine, dan obat Iain-Iain. Setelah cara pembuatannya diperiksa sendiri oleh Prof. Dr. Asikin yang memerlukan datang ke Yogyakarta pada waktu itu, beliau menyatakan bahwa obat-obat tersebut dapat dipakai dalam pengobatan dan kemudian memang banyak dimanfaatkan bagi yang membutuhkannya.
Raw opium yang dapat diselamatkan itulah yang membiayai sebagian perjuangan Republik Indonesia di Luar Negeri (Prof. Dr. Abdulrachman Saleh), juga dipakai untuk obat-obat suntik morphine yang banyak sekali digunakan untuk mengurangi penderitaan korban-korban pertempuran. Di Setjoningratan diadakan pula pembikinan obat-obat penyakit malaria sebagai obat suntik.
Masa Kedaulatan RI
Setelah tercapainya kedaulatan Rl sepenuhnya pada bulan Februari tahun 1951, maka rapat Pengurus PAFI telah merundingkan masa depan dunia farmasi dan organisasinya di negara kita. Timbang terima seluruh persediaan obat dari pemerintah Belanda kepada pemerintah Rl telah dilakukan kepada Prof. Dr. A. Hanafiah dan Z. Abidin.
Prof. Dr. Hanafia-lah yang memegang pimpinan dibidang obat sebelum terbentuk Jawatan Farmasi Republik Indonesia.
Pada rapat pengurus PAFI tersebut telah diambil keputusan prinsip untuk membentuk formasi pimpinan bagi masa depan di bidang obat di negara kita, yaitu bagi Jawatan Farmasi, TNI, Pendidikan dan Ekonomi Swasta.
Prof. Dr. Hanafia-lah yang memegang pimpinan dibidang obat sebelum terbentuk Jawatan Farmasi Republik Indonesia.
Pada rapat pengurus PAFI tersebut telah diambil keputusan prinsip untuk membentuk formasi pimpinan bagi masa depan di bidang obat di negara kita, yaitu bagi Jawatan Farmasi, TNI, Pendidikan dan Ekonomi Swasta.
Pada rapat tersebut telah ditunjuk Drs. Looho untuk menjadi Inspektur Farmasi pertama di negara kita, dengan mengirimkan telegram kepadanya di Makasar, ketika ia baru kembali dari negeri Belanda. Diputuskan pula oleh rapat untuk menunjuk Sdr. Drs. Hartono almarhum dan Sdr. Farrel Panggabean almarhum untuk membantu Sdr. Looho di Jawatan Farmasi.
Untuk unit bidang obat di Jawatan Tentara telah ditunjuk oleh rapat almarhum Kol. Isnaini dan almarhum Sanusi untuk menanganinya.
Untuk bidang pendidikan telah ditunjuk Saudara Bahasan Pohan, sedangkan untuk bidang ekonomi swasta telah ditunjuk Z. Abidin.
Untuk unit bidang obat di Jawatan Tentara telah ditunjuk oleh rapat almarhum Kol. Isnaini dan almarhum Sanusi untuk menanganinya.
Untuk bidang pendidikan telah ditunjuk Saudara Bahasan Pohan, sedangkan untuk bidang ekonomi swasta telah ditunjuk Z. Abidin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar